Sikap dan Partipasi

Oleh : Ahmad Aufal Marom Mahasiswa STAI Al-Anwar Prodi IQT (Ilmu Quran dan Tafsir) Alumni MA Darul Falah tahun 2023

Sebelum masuk ke inti pembahasan kita harus paham mengenai sikap ketergantungan terlebih dahulu, kata ketergantungan disini bukan dipandang dari sudut pengetahuan agama, jelas jika dipandang dari segi agama akan menimbulkan kekeliruan pemahaman, karena jika kita memahami kata tersebut (yang bergaris miring) dengan sudut pandang agama akan memiliki arti dimana seseorang harus menyerahkan segala sesuatu kepada Allah, disini dapat kita pahami bahwa tidak ada yang layak untuk kita sandari kecuali Allah.

Namun kata ketergantungan disini harus kita artikan dalam makna sosial, Kata ketergantungan secara sosial menurut pribadi sang penulis artikel ini memliki arti bahwa setiap individu harus merasa membutuhkan orang lain, nah setelah kita tahu arti dari kata ketergantungan maka langsung saja masuk ke inti pembahasan.

Kenapa banyak orang yang keluar dalam sebuah organisasi atau sebuah instansi tanpa adanya alasan yang jelas? Mari kita lanjut ke jawaban dari soal diatas!!!!

Orang yang keluar dari sebuah organisasi atau instansi sudah jelas ada faktor yang melatarbelakanginya, ibarat buah yang jatuh dari pohon sudah dipastikan ada pengaruh yang membuat buah tersebut jatuh, baik itu pengaruh Internal atau Eksternal, alasan orang yang keluar dari sebuah organisasi atau instansi bisa kita tinjau apakah orang tersebut memang ada rasa ketergantungan terhadap organisasi atau instansi tersebut atau tidak, adapun orang tersebut memiliki rasa ikut serta untuk berpartisipasi atau tidak.

Jika orang tersebut memang tidak memiliki dua sikap teesebut langkah yang seharusnya kita lakukan adalah memberikan arahan betapa pentingnya kita untuk memiliki kedua sikap tersebut, karena jika sampai orang tersebut tidak mendapatkan arahan akan berdampak bagi dirinya sendiri dan juga menjadi momok permasalahan karena dengan orang tersebut tidak memiliki kedua sikap tersebut orang itu akan merasa dirinya Freedom (Bebas) tanpa aturan.

Nah mulai dari sini akan menimbulkan banyak masalah yang sulit untuk kita selesaikan kalau kita tidak menanamkan dua sikap tersebut terlebih bagi para pelajar, kita lihat saja sekarang yang menjadi PR bagi pemerintahan Indonesia salah satunya adalah OPM ( Organisasi Papua Merdeka ), wajar saja organisasi ini terus melakukan gebrakan-gebrakan yang tak terduga karena apa?,

pemerintah Indonesia hanya mengakui Papua karena sumber daya alamnya (SDA) bukan dengan masyarakat wajar saja masyarakat Papua tidak memiliki kedua sikap tersebut hal ini jelas tercantum di sebuah data yang valid https://id.quora.com/Apakah-100-penduduk-Papua-ingin-memisahkan-diri-dari-NKRI

Oke saya akan berikan satu contoh kecil lagi mari kita berfikir dengan jernih dan rasional, untuk sebuah instansi yang sudah terkenal apa saat pertama dibangun tidak membutuhkan campur tangan masyarakat sekitar dan campur tangan dari orang-orang yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat?

Jawbannya mestilah tidak kan karena mereka semua sudah memiliki dua sikap tersebut mungkin sejak mereka semua duduk dibangku pendidikan, dan apabia ketika intsatnsi tersebut sudah membesar dan melupakan mereka yang ikut mendirikan instansi tersebut apa mereka memilih untuk memberontak dan perlahan meninggalkna instansi tersebut?, jawabannya tentu IYA kan, Nah oleh karena itu para kaum elite (orang orang penting dan berpengaruh dalam instansi) harus benar benar memahami betul pernyataan diatas dan juga menanamkan dua sikap tersebut untuk seuruh masyarakat terlebih bagi para pelajar.

Masuk ke pembahasan ke-2 yaitu sudut pandang terhadap sebuah masalah, seringkali kita menganggap sebuah masalah itu sifatnya Statis ( Tetap ) sedangkan yang sebenarnya adalah sifat dari masalah itu bisa naik dan turun ( Dinamis ) tergantung seberapa besar masalah kita, coba saja kita berfikir secara rasional apakah kita dalam menjalani kehidupan hanya memiliki satu masalah?

Tentu tidak kan terlebih bagi yang sudah berkeluarga. Masalah selalu ada bahkan dalam sehari belum tentu kita hanya memiliki satu masalah oleh karena itu kita harus memandang masalah dengan pandangan dinamis kita harus berfikir secara jernih yang mana yang lebih penting untuk kita selesaikan terebih dahulu, coba saja kalau kita mensifati masalah itu statis secara otomatis kita hanya terpaku ke satu masalah itu saja, yang mana masih ada hal yang harus kita selesaikan daripada masalah tersebut, kalau belum paham saya kasih sebuah contoh, misal ada sebuah murdi yang kategorinya nakal dan secara otomatis akan menimbulkan sebuah masalah yang harus diselesaikan oleh guru BK, jika guru tersebut mensifati murid tersebut dengan statis maka saya jamin yang timbul adalah masalah yang baru dengan misal sang guru tersebut mendatangi murid tersebut sambil berkata “

Kamu ini nakalnya luar biasa sudah tidak bisa diatur mending kamu keluar dari sekolah ini saja!!!!”, bagaimana jika sang murid benar benar keluar dan tidak ingin melanjutkan pendidikan lagi, hal demikian juga termasuk masalahkan. Nah maka dari itu pertama pentingnya kita memiliki dua sikap yang sudah saya jelaskan diatas agar semua merasa saling dibutuhkan dan tidak ada yang merasa dikucilkan dan yang kedua adalah cara sudut pandang kita untuk menyikapi sebuah masalah agar tidak timbul masalah yang baru dan kita dapat tenang menghadapi sebuah masalah kalau kita melihat masalah tersebut dengan sudut pandang yang jelas Saya Aufal sebagai penulis memohon maaf apabila banyak kurangya dalam menulis sebuah artikel ini dan memohon untuk berkenan memberikan saran atau kritik dalam penulisan agar menjadi pelajaran bagi saya untuk penulisan selanjutntya.

SEKIAN TERIMA KASIH

Sikap dan Partipasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas